Selasa, 04 Oktober 2016

Pemanfaatan Jasad Renik Oleh Nenek Moyang Kita Dahulu

Jauh sebelum sistem pengobatan barat menyadari pentingnya jasad renik bagi pembuatan antibiotika, masyarakat Indonesia sudah menggunakan pemanfaatan jasad renik untuk makanan, seperti yang tertera pada catatan catatan kuno pada daun lontar. Jasad renik atau mikro organisme adalah mahluk hidup yang terdiri dari satu atau beberapa kumpulan sel dengan ukuran beberapa mikron (1 mikron = 0,001 mm). Dikarenakan ukurannya yang teramat kecil maka mahluk ini hanya bisa dilihat melalui mikroskop elektron. Jasad renik tidak hanya berbentuk bakteri, tetapi juga berbentuk kapang atau jamur, khamir (yeast) , protozoa, dan virus.

Pemanfaatan jasad renik yang sudah dari zaman dahulu dilakukan oleh masyarakat Indoensia misalnya, orang Sunda amat suka makan kecipir yang sudah terinfeksi oleh Synchytrium psophocarpi, salah satu jamur yang berbahaya bagi tanaman ini. Demikian pula mereka amat suka memakan butir butir jagung yang membesar akibat serangan jamur Ustilago maydis. Selain itu, jamur seperti Hirneola fuscosuccinea, Oudemasiella canarri, Pleurotus anas, Boletus submentosus dan Volvariella volvacea adalah sumber makanan umu. Masyarakat

Indonesia juga diketahui menkonsumsi Schizophyllum commune, Lentirus sajor-caju, Polyporus usud, dan Scleroderma sinnamariense, yang semua dianggap jamur yang tidak dapat dimakan di negara negara barat. Walaupun di tempat lain Botryodiplodia theobromae terkenal sebagai jamur yang menyerang tanaman, masyarakat Jawa memanfaatkannya untuk membuat ubi kayu jadi lebih mudah dicerna dan enak rasanya. Mereka mengubah sifat parasit jamur ini menjadi menguntungkan dengan menggunakannya secara biokimia untuk mengubah rantai rantai karbon yang panjang pada zat tepung ubi kayu menjadi lebih pendek.

Jamur tropika juga membantu fermentasi atau peragian makanan. Indonesia terkenal dengan berbagai macam jenis kedelai yang difermentasikan seperti tempe, dage, dan oncom. Selain itu produk peragian tradisonal lainnya di Indoensia adalah tape dan peuyeum serta minuman beralkohol seperti tuak, ciu, brem, dan saguer, yang kesemuanya menggunakan pemanfaatan jasad renik dalam prosesnya.


Bakteri juga digunakan untuk proses fermentasi makanan tradisional. Pembuatan kecap, misalnya, menggunakan jamur(pada tahap fermentasi padat) dan bakteri (pada fermentasi bergaram). Terasi yang merupakan bahan penting dalam masakan Indonesia adalah hasil fermentasi udang oleh bakteri. Dadih dari susu kerbau yang terkenal di Pulau Sumbawa juga dihasilkan oleh kegiatan bakteri. Tempoyak dan kuyuk adalah makanan hasil fermentasi bakteri lainnya, dimana bahan bakunya adalah masing masing buah durian dan rebung bambu. Kuyuk dibuat dengan mengubur rebung dalam lumpur sungai. Mengubur batang bambu dalam lumpur sungai juga dilakukan untuk mengawetkannya, dalam hal ini bakteri menguraikan tepung bambu sehingga membuatnya bebas dari serangga yang menyukai tepung. Ternyata nenek moyang kita dahulu telah mengenal berbagai macam cara pemanfaatan jasad renik untuk kehidupan sehari hari.